Mengapa Kita Mencintai Humor?

Tentang Tawa

Daplong Karbohidrat
2 min readOct 12, 2024

Humor, sebuah harmoni — dengan bentuk tawa — yang telah insan-insan dunia sandangkan sebagai senjata utama menghadapi pelik, nista, dan perang. Segala macam bentuknya: satir, parodi, puns, hingga komedi yang surrealistik telah mewarnai hidup kita, membawanya pada alinea yang lebih hidup dan lebih bisa termaafkan atas segala hina dan kotor di dalamnya. Seberapa sering anda tertawa? Mari kita lihat betapa sentra dan pekatnya peran humor dalam membentuk tatanan sosial dan kewarasan anda. Putar vinyl pada … saya tidak punya ide untuk ini, putar saja tautan berikut pada latar belakang.

“Ahh itu, ambil nasi pak vinsen.”
“Dua kah?”
“Satu!”

Photo by Dan Cook on Unsplash

Ini unik kawan. Manusia adalah makhluk bernalar. Sedemikian besar hingga kita menjadi sombong karena kelebihan mutlak tersebut. Rasa sombong ini menciptakan … semacam batas absurditas. Memisahkan tindak tanduk: apa yang benar dan apa yang salah. Kita menciptakan suatu paradigma absolut yang kita sebut sebagai logika, sebuah barang yang sangat prestigius sebagai basis dari humor.

Hal-hal, tindakan, ekspresi, aktivitas, bahasa, terma, atau apapun yang dianggap menyelewengi logika dasar dapat melahirkan kesan humor. Orang yang andal dalam memanipulasi logika atau paradigma berpikir dasar adalah orang yang pandai berhumor. Mereka adalah orang-orang yang bertingkah konyol, berlaku anomalistik, bertindak eksentrik, unik, orang yang membuat anda tertawa.

Anda pasti memiliki teman atau kerabat yang berlaku demikian, atau mungkin diri anda sendiri? Mereka adalah orang yang berhasil membawa anda keluar dari normalitas yang membunuh dan membosankan.

Tapi bagaimana mereka mengeksekusinya? Ini adalah unsur yang sangat penting dalam humor: waktu. Sebuah timing yang tepat membawa pada gelak yang hebat. Seorang pelawak andal membawa logika dasar ke arah yang melenceng pada saat yang demikian presisi sehingga andapun mampu menarsirkan itu sebagai logika natural yang “benar” (benar-benar salah).

Humor adalah sosok yang kehadirannya begitu unik. Sebuah kontradiksi, sebuah antitesis, dua kutub berlainan, dapat ia rangkai sehingga berharmoni dalam sebuah komedi. Dia membawa gelak, meskipun hal tersebut sebetulnya pelik. Kesedihan dengan kebahagiaan. Ketegangan dengan kelonggaran. Muram dengan terang. Kemampuannya dalam mengolah situasi dapat begitu diandalkan sehingga kedamaian dunia berada dalam taruk genggamannya.

Ekspresi andapun demikian dapat tersalur dengan cantik melaluinya. Apa yang lebih seru daripada menangisi nilai-nilai ujian anda yang jatuh ke dalam lubang hitam? Tentu saja menertawainya. Apa yang lebih anggun daripada membunuh para pejabat korup yang bau jasnya dirindu kerangkeng neraka? Tentu saja menertawainya. Kita hadirkan drama-drama klasik kehidupan ini dalam bentuk satir dan sarkasme. Sebuah silogisme cacat yang menghasilkan kombinasi hebat.

“Kamu lucu ya? Selucu nilai ujianmu”

Komedi menyelimuti kita, makhluk yang hidup dalam kontradiksi, yang terus-menerus bergulat dengan absurditas, yang mencari makna dalam kekacauan, dan yang, di atas segalanya, memang butuh tertawa untuk bertahan. Humor adalah jembatan antara kesadaran akan keterbatasan kita dan kemampuan kita untuk terus berjuang yang dilalui dengan bergelak tawa. Dengan tawa tersebut, kita mengakui ketidaksempurnaan dunia dan diri kita sendiri, ini menegaskan kebebasan kita.

Tertawalah setiap 20 menit.

--

--

Daplong Karbohidrat

Saya satu dibanding ratusan juta. Saya bukan pemeran utama. Kosong dan memang demikianlah terus. Tak ada yang abadi. Tak ada yang terus bergemintang.